Memahami Perasaan Anak

By poetry - 19.22

Judul              : Tolong Dengarkan Aku
Penulis            : Bunda Ve
Penerbit         : Gramedia
Cetakan          : I, 2014
Tebal              : 212 halaman
ISBN               : 978-602-02-2981-2






 
Bersyukurlah para orang tua yang dikaruniai anak, karena faktanya banyak pasangan yang sudah menikah belum dikaruniai anak. Ketika sudah dipercaya Tuhan dengan dikaruniai anak, apakah sudah benar-benar menjaga, merawat dan membesarkannya dengan baik? Setiap orang tua yang baik pasti akan melakukan itu semaksimal mungkin.

Tapi bagaimana ketika anak mulai tumbuh besar dan bisa melakukan banyak hal.  Saat anak mulai dianggap “nakal” atau tak sengaja melakukan kesalahan, orang tua seringkali egois, meluapkan amarahnya tanpa mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana perasaan anak.

Usaha kerasnya agar meraih juara kelas, adalah syarat yang harus ia penuhi agar mamanya mau membelikan sepeda. Dikisahkan dalam buku ini, Tommi adalah seorang anak kelas 2 SD yang berhasil membeli sepeda dengan menyisihkan uang sakunya sendiri setiap hari. Tetapi apa yang terjadi, saat bermain di rumah Didi, sepeda yang baru dibelinya hilang di rumah temannya bernama Didi.

Tommi dan Didi sudah mencarinya kemana-mana tapi tak membuahkan hasil. Didi pun melaporkan ke orang tuanya agar bersedia membantu mencari, tapi orang tuanya justru memarahinya. Tommi pun berkata dalam hatinya, apakah semua orangtua akan bersikap sama? Benar saja, sesampainya di rumah mamanya memarahinya ditambah sang ayah menghukumnya untuk masuk ke dalam kamar. Bukankah hilangnya sepeda baru sudah cukup menyiksa bagi Tommi? Ia pun ingin memeluk mamanya namun mengapa orang tuanya malah memarahi dan menghukumnya??, (hlm 2-20).

Tidak hanya kisah Tommi, banyak kisah anak-anak yang ingin didengarkan, yang ingin dimengerti perasaannya. Hal-hal kecil yang sering para orang tua abaikan tapi ternyata itu adalah hal yang sangat berharga bagi anak.

Ada pula kisah Cindy yang tak mau menerima ayahnya dalam hidupnya, karena baginya ayahnya hanya manis di mulut. Ayahnya yang sering kerja di luar kota hanya  selalu berjanji untuk menemaninya bermain tapi tak pernah ditepati. Saat Ayahnya pulang ke rumah, Cindy menunggu dan menunggu Ayahnya menyelesaikan membersihkan mobil, membenarkan genting atau banyak hal lain mengerjakan pekerjaa rumah. Setelah semua pekerjaan Ayahnya selesai, Ayahnya selalu beralasan capek dan tidak bisa menemaninya untuk bermain.

Ayahnya berjanji lagi, lagi dan lagi akan menemaninya bermain tapi setelah menunggu dalam waktu yang lama Cindy pun kecewa lagi. Baginya Ayah selalu sibuk dengan barang-barang kesayangannya tak akan pernah menepati janjinya untuk bermain dengannya. Alhasil ketika Cindy tumbuh besar ia tak percaya pada orang dewasa, tak peduli sekitarya dan melakukan hal sesuka hatinya. “Bermain bersama anak sesungguhnya adalah sarana untuk menjalin kedekatan dengan anak”, (hlm 22-47).

 Satu lagi kisah dalam buku ini yang mungkin membuat kita terkejut dengan pemikiran seorang anak. Bobby, seorang anak yang merasakan bahwa “Sakit itu Nikmat” karena ketika ia sakit ia terbebas dari kekerasan mamanya saat belajar dan mengerjakan PR. Ia menjadi lebih diperhatikan dan sikap mamanya lembut serta mau menemani ia tidur di kamar. Meski terkadang Bobby bingung sebetulnya ia ingin sembuh dan bertemu teman di sekolah tapi ia juga takut kalau ia sembuh takut mama bersikap keras padanya, (hlm 129-140).

Semua kisah anak-anak yang ingin dimengerti perasaannya dalam buku ini bukanlah fiktif belaka, melainkan penulis ambil dari pengalamannya dalam mendampingi anak-anak. Membaca buku ini akan membuat pembaca sadar bahwa sebagai orang dewasa terkadang kita tidak adil pada anak-anak dan belum sepenuhnya mengerti perasaan mereka.

“Kemarahan kadang perlu diperlihatkan untuk membuat anak menyadari kesalahannya, namun bukan dengan mengumbar kemarahan tanpa memikirkan akibatnya”. Itulah salah satu petikan pesan dari buku ini. Bacalah buku ini sebelum anak-anak menjauh dan menutup diri. Banyak renungan dan pelajaran betapa penting sebagai orang tua bisa menjadi sahabat dan duduk sejajar dengan anak-anak agar mampu mendengar suara hati dan perasaan mereka. Dalam buku ini juga diajarkan bagaimana solusinya agar orang tua bisa menjadi sahabat bagi anak.

*) Diresensi Farichatul Jannah, Anggota Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), Tinggal di Yogyakarta.

  • Share:

You Might Also Like

1 Comments